Pages

terpercik harum minyak wangi atau terbakar dek bara api?

sayyidul ayyam 26 ramadhan 1429h

tiba2 aku kerinduan teman2 yang lama.. Hidup dalam situasi sekarang di dunia yang penuh dengan onak dan noda sedikit sebanyak mempengaruhi aku. Lagi2 "biah" nya tak sama seperti di sekolah dan di UM dahulu. Segalanya berbeza. Aku " patah kaki " dengan ketiadaan sahabat2 yang seperti dahulu. Sama2 nasihat menasihati, tegur- menegur andai ada mana langkah yang tersasar. Dada terasa sebak, dan hati terasa sakit bagai di ketuk2. Bagaikan " bahagian kanan" diri ini meminta aku merenung kembali hadith yang pernah aku hadamkan suatu masa dulu....

" Perbandingan teman yang baik itu umpama penjual minyak wangi. Bila kau bersahabat dengannya, secara tak langsung harumannya itu akan terkena padamu. Manakala perbandingan teman yang kurang baik itu umpama pembakar kayu arang. Secara tak langsung baranya akan terpercik padamu " (Hadith Muslim)

lalu aku terdorong untuk mencari semula peri pentingnya sahabat yang baik. Alhamdulillah aku ketemu dengan apa yang aku mahu.. Petikan ini aku sunting dari sebuah blog Indonesia. Ampun ya jika sukar mahu di fahamin. =)

"Keadaan hidup seseorang sesuai dengan sahabat karibnya, maka hendaknya setiap orang memerhatikan siapa yang dijadi­kannya sebagai sahabat."

Persahabatan dan pergaulan amat besar pengaruhnya dalam mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi seseorang, ataupun sebaliknya, kemaksiatan dan mudarat. Hal ini bergantung pada siapa yang diajak berteman, bergaul, dan berkawan. Apakah dengan orang-orang saleh dan baik-baik ataukah dengan orang-orang fasik dan jahat. Pengaruh tersebut tidak tampak seketika, tetapi sedikit demi sedikit dan sesuai dengan lamanya persahabatan dan pergaulan, dengan orang-orang baik-baik atau dengan yang jahat tadi. Nabi Saw. pernah bersabda:

"Seseorang akan dikumpulkan bersama kawan karibnya (atau seseorang akan dikumpulkan bersama siapa yang dicintainya) ." (Hadis sahih dari Ibn Mas’ud)

“Keadaan hidup seseorang sesuai dengan sahabat karibnya, maka hendaknya setiap orang memerhatikan siapa yang dijadikan sahabat.” (HR Bukhari) "

Siapa ingin mengetahui adakah dari sahabatnya ia ber­oleh penambahan iman, agama, dan amal; ataukah justru men­derita kekurangan darinya, hendaknya merenungkan kembali keadaannya sebelum persahabatan dan pergaulannya dengan orang tersebut. Yakni, dalam hal keteguhan iman dan agamanya, demikian pula akhlak mulia yang disandangnya, niat-niat baik yang dipendamnya, serta semangatnya yang kuat untuk melakukan ketaatan dan kebajikan. Kemudian, memerhatikan keadaannya dalam semua itu setelah bergaul dan berteman. Jika ia men­dapati bahwa sifat-sifat dan amal baik itu telah bertambah kuat dan kukuh, semangatnya untuk itu serta tekadnya untuk mem­pertahankannya pun makin bertambah, maka ia dapat merasa lega bahwa pergaulan dan persahabatannya itu telah mendatang­kan manfaat baginya dalam agama dan jiwanya. Di samping itu, jika ia meneruskan persahabatannya dan menjadikannya sebagai kebiasaan yang dipegangnya erat-erat, pasti akan membawanya pada manfaat yang lebih besar serta kebaikan yang lebih berlimpah, insya Allah. Namun, jika ia memerhatikan keadaan dirinya setelah per­gaulannya itu dan melihat bahwa perilaku dan semangat ke­agamaannya, seperti tersebut di atas, justru menjadi lebih lemah dan goyah, hal itu menunjukkan bahwa pergaulan dan per­sahabatannya itu telah mendatangkan mudarat yang senyata­nyatanya bag agama dan jiwanya. Di samping itu, jika ia me­neruskannya, niscaya hal itu akan menjerumuskannya ke dalam mudarat dan kejahatan yang lebih besar dan lebih banyak. (Semoga Allah Swt. melindungi kita darinya.)

Dengan cara itu pula, hendaknya ia memerhatikan kembali sifat-sifat buruk yang ada pada dirinya sendiri sebelum per­sahabatan tersebut dan sesudahnya. Dengan neraca yang kami sebutkan di atas, hendaknya ia menimbang masing-masing sifat dan perilaku dirinya sendiri dan membandingkannya dengan sifat-sifat kebalikannya pada diri teman-teman sepergaulannya. Hendaknya ia menyadari pula bahwa kemenangan akan berada di pihak yang lebih kuat dan lebih dominan, dalam kebaikan maupun dalam kejahatan. Arti­nya, apabila kebaikan di antara sesama teman itu lebih kuat danlebih dominan, dapat diharapkan bahwa teman yang jahat akan tertarik pada kebaikan dan kepada pelakunya. Tetapi, apabila kejahatan lebih kuat dan lebih dominan, dikhawatirkan bahwa orang yang baik akan tertarik pada kejahatan dan kepada pelakunya. Inilah makna-makna yang amat pelik yang benar-benar dimengerti oleh orang yang berpengalaman dan tercerahkan jiwanya, dalam perkembangan berbagai perilaku seperti ini. Menerangkannya secara mendetail membutuhkan uraian amat panjang. Cukup kiranya kita perhatikan sabda Nabi Saw:

"Teman berbincang yang baik lebih utama daripada duduk bersendiri, tetapi kesendirian lebih utama daripada duduk bersama teman yang jahat."

No comments:

Post a Comment