Di ceritakan di sebuah tempat, ( aku namakan sebagai Kampung Pinang Sebatang) terdapat sebuah keluarga yang terdiri daripada seorang ayah dan seorang anak lelaki yang sedang meningkat remaja. Tiada ibu ( mungkin meninggal dunia, mungkin si ayah bercerai hidup dengan isterinya, mungkin juga.... ah, kau namakan sendiri sahaja alasannya).
Si anak yang sedang meningkat remaja ini punyai sifat @ fiil yang sama seperti remaja lain. Suka keluar malam. Malas belajar. Tidak melaksanakan tuntutan Allah. ( banyak sekali kesalahan yang dia lakukan sehingga kau bisa sekali meletakkan apa kesalahan yang kau suka )
Darah muda mengalir hangat dalam salur darah dan segenap kapilari darah si anak. Syaitan2 menjadi teman rapat yang akrab. Cakap Tuhan dan cakap si ayah dibelakangkan. Berbuih sudah mulut si ayah menasihatkan si anak ini. Doanya pada Tuhan juga tak pernah putus. Tak pernah lekang dari bibir si ayah memohon doa agar anaknya di beri petunjuk. Petunjuk yang lurus.
Maka pada suatu hari si ayah berbuat satu fiil yang pelik. Si ayah memaku sebatang paku di tiang rumah. Sehari. Dua hari. Dan hari2 seterusnya, si ayah tetap setia memaku paku ke tiang. Mula2 si anak tidak mempedulikan. Lama kelamaan si anak kehairanan. Kenapa si ayah melakukan perkara yang pada akalnya sangat bodoh dan sia2? Memaku pada tiang sehingga penuh dan berkarat jadinya.
Bertanyalah si anak pada ayahnya dengan penuh biadap dan seperti tidak pernah cukup di ajar. Wahai ayah, kenapa kau melakukan suatu perkara yang bodoh? Memaku paku tanpa tujuan sehingga penuh paku di tiang dan berkarat jadinya.
Dengan penuh kasih sayang dan bening air mukanya si ayah berkata. Nak, dengarlah kata ayahmu ini. Ayah memaku ke tiang ini bukan dengan tujuan yang kosong.Tiap kali ayah dapati anak lakukan kesalahan dan dosa, ayah pakukan sebatang paku padanya. Setiap kali nak, setiap kali. Sehingga penuh paku di dinding jadinya. Lihat ke tiang itu nak. Tiang itu buruk jadinya.Karat2 memenuhi segenap tiang. Itulah hatimu anak. Tiap dosa dan kesalahan yang kau buat akan terpasak dalam lubuk hati. Sekian kali kau ulangi, makin banyak paku yang terpasak dlam hatimu, anak. Dan dosa2 semalam yang kau buat, menjadi karat dalam hati.
Si anak terduduk mendengar kata si ayah. Baru tersedar dari lena dunia nafsunya akan apa yang dia telah perbuat selama ini. Wahai ayah, bagaimana dapat aku bersihkan karat dalm hatiku ini duhai ayah?
Senang saja nak. Kau minta ampunlah pada Tuhan. Tinggalkan apa yang kau lakukan. Selepas kau bertaubat dan kau tinggalkan kejahatan yang kau perbuat, kau cabutlah paku itu dari tiang.Satu-satu...
Kali ini si anak menurut kata si ayah. Dia pohon ampun pada Tuhan, pohon ampun pada ayah, kemudian ditinggalkan segala kejahatan yang pernah dia perbuat. Dicabutnya satu paku untuk setiap kesalahan. Satu hari, dua hari dan berterusan sehingga habis paku di tiang. Namun si anak tak berpuas hati.
Paku sudah tiada tapi karatnya masih ada. Tiang itu masih tetap buruk. Tak cantik seperti asalnya. Si ayah pun berkata. Nak, dosa yang kau lakukan akan tetap berbekas dalam diri. Kau sudah cabut paku dosa dari hati. Tapi kesan karat dosa akan tetap ada...Berderaianlah air mata si anak. Sungguh2 dia menyesali apa yang telah dia lakukan...
Dosa... menjadi karat dalam diri. Bertaubat, pohon ampun dan maaf... bisa sekali menghapuskan dosa, tapi kesan zahirnya tetap ada. Aku menasihati diriku, agar diriku bersabar , agar jauhkan diri dari menjadi berDOSA...
Hanya bekerja kuat untuk apa yang diimani. Maka saya perlu bekerja kuat untuk terlebih dahulu mengimani.
tiang
bila?
10/20/2008 07:05:00 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
nice post..really like it.. teruskan usaha anda ^_^
ReplyDeletesyukran li akhi
ReplyDeleteerm, lama sudah tak mbaca hasil tangan ko...